Content

Kolak Ternyata Ga bagus buat Buka Puasa LHo...!

Rabu, 02 September 2009

makanan khas yang selalu ada dalam menu berbuka puasa, menurut ahli
nutrisi ternyata bukanlah makanan yang sehat untuk dimakan setelah 14 jam
menahan lapar dan haus. Pada acara bincang-bincang Cara Mudah Mengikuti
Food Combining, di Balai Sidang Jakarta, akhir pekan lalu, ahli nutrisi
Wied Harry Apriadji, mengatakan kolak tidak sehat karena mengandung gula
dan lemak yang terlalu tinggi. Kombinasi keduanya membuat alat pencernaan
secara tiba-tiba bekerja berat, setelah sebelumnya beristirahat seharian.
Lulusan Institut Pertanian Bogor itu menyarankan agar mengikuti teladan
Nabi Mohammmad SAW yang hanya makan kurma dan minum air putih untuk
berbuka. Karena meskipun mengandung gula yang kadarnya cukup tinggi, dan
sama-sama manis seperti kolak, karbohidrat yang dikandung kurma mudah
dicerna.


"Dalam berpuasa yang harus ditekankan adalah nilai spiritualnya. Puasa
akan menjadi percuma kalau kita hanya mengubah jam makan yang harusnya
siang menjadi malam," ujar Wied. Menurut Wied, dalam analisa nutrisi,
orang yang hanya minum air putih selama 40 hari tidak akan sakit dan
meninggal. Kebutuhan nutrisinya juga akan terpenuhi.

"Kan kalau berpuasa kita tidak banyak keinginan sehingga nutrisi tidak
banyak terkuras. Saat berpuasa semuanya akan lebih tenang, nutrisi lebih
dihemat," kata konsultan gizi yang juga redaktur sebuah majalah kesehatan
itu. Wied pernah menerapkan pola makan Food Combining dengan cara
mengonsumsi buah dan sayur secara terpisah, dan porsinya sama dengan
asupan karbohidrat serta protein ke dalam tubuh. Selain itu, protein dan
karbohidrat juga tidak dimakan bersamaan. Cara makan seperti itu dibuat
dengan mempertimbangkan lamanya proses pencernaan dalam tubuh agar nutrisi
zat makanan dapat diserap secara sempurna. Pola makan semacam itu tetap
ia terapkan saat menjalankan puasa. Meskipun porsi makan menjadi lebih
sedikit. Namun, dengan penyerapan yang maksimal, tubuh tetap dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari secara normal.

Kalau minum es belum-belum sudah kenyang Rasa lapar dan haus saat puasa
lebih merupakan efek sesaat yang dapat diatur. Dengan kata lain, rasa
lapar dan haus bukanlah tanda mutlak dari kebutuhan tubuh akan makanan.
Kebutuhan energi, untuk bekerja misalnya, bisa dipenuhi dari cadangan
energi pada hati, otot, lemak di bawah kulit, dan lain-lain. Justru
berpuasa merupakan kesempatan memobilisasi timbunan lemak. Puasa juga
mengistirahatkan "mesin pencernaan" selama beberapa jam. Oleh karena itu,
puasa tidak harus menimbulkan gangguan kesehatan, bahkan dalam banyak
kasus justru membuat tubuh lebih sehat. Untuk itu diperlukan pengaturan
berbuka dan makan sahur yang benar. Berbuka dan makan sahur tidaklah
sekadar memasukkan makanan. Selama berpuasa, kadar gula dalam darah lebih
rendah dibandingkan dengan keadaan tidak berpuasa. Padahal, gula merupakan
sumber tenaga yang segera dapat digunakan. Gula inilah yang perlu segera
diperoleh saat berbuka puasa, tetapi jangan berlebihan sebab akan
mengganggu kenikmatan menyantap menu utama.

Berikut saran Dr. H. Anies, MKK, PKK, Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, dalam memilih menu
sehat saat berbuka dan sahur.

a. Ada kebiasaan salah yang dulakukan sebagian orang, yaitu minum air es
atau es yang dicampur ke dalam minuman sebelum menyantap makanan. Cara ini
sangat merugikan karena es dapat menahan rasa lapar. Akibatnya, hidangan
lain yang lebih bergizi bisa tidak disantap, sehingga mengurangi asupan
nutrisi yang diperlukan. Hindari minum es saat buka puasa.

b. Saat berbuka mulailah dengan minuman manis hangat dan makanan ringan
yang mudah dicerna. Bisa teh manis, sirop, ditemani kurma, pisang goreng,
atau pisang sale. Setelah kadar gula darah berangsur-angsur normal bisa
dilakukan salat magrib.

c. Setengah jam kemudian barulah nikmati menu utama. Makanlah secukupnya.
Dua jam kemudian, setelah salat tarawih, dapat menyantap hidangan yang
masih ada.

d. Makan sahur jangan dianggap sepele. Tidak jarang orang enggan bangun,
padahal makan sahur sangat penting untuk mengimbangi zat gizi yang tidak
diperoleh tubuh selama sehari berpuasa. Makan sahur jangan asal kenyang,
tetapi harus bergizi tinggi. Hidangan sahur harus bisa menjadi cadangan
kalori dan protein, serta membuat lambung tidak cepat hampa makanan.
Dengan demikian, rasa lapar tidak cepat dirasakan. Makanan yang cukup
mengandung protein dan lemak adalah nasi; telur, dendeng, rendang, ikan,
dan tentu saja sayuran. Dengan berbuka dan sahur secara sehat, berbagai
gangguan kesehatan bisa dihindari. Namun, bukan berarti semua orang sakit
boleh berpuasa. Hal itu sangat bengantung pada kondisi pasien dan
penyakitnya.

0 komentar:

Posting Komentar